[Ayah Under Construction 3] – Generasi Porno

Ario Muhammad
November 5, 2018

Rumah kita adalah tempat paling penting dalam membangun sebuah generasi bermartabat. Di sana, tersemai bibit-bibit unggul yang Allah hadiahkan dalam rahim perempuan mulia bernama IBU. DI sana jugalah bibit-bibit tersebut tumbuh dalam penjagaan seorang lelaki semesta nan perkasa bernama AYAH. Maka rumah adalah madrasah pertama bagi anak-anak kita. Jika ia reot, rusak, tak berpendidikan, maka jangan heran jika bibit-bibit itu tumbuh menjadi layu, rapuh, dan liar.

Namun beginilah nasib rumah-rumah kita sekarang. Nilai-nilai Islam yg sejatinya tumbuh mengakar di dalam rumah, terkikis dengan warna-warni kemajuan teknologi yg bermata dua: menumbuhkan atau menghancurkan.

Maka tak jarang tontonan-tontonan mesum muncul di layar kaca, bukan hanya secara tak sengaja dilihat anak-anak, namun ada orang tua yg sengaja menonton demi memuaskan hasrat nafsunya. Lalu dengan begini, mampukah kita menjadikan madrasah bernama rumah itu sebaik-baiknya sekolah bagi anak-anak?

Belum lagi keimanan dan keluarga yg harus kita korbankan atas nama toleransi. Mencoba mengalah saat budaya bebas menggerus kepercayaan yg sudah lama ada. Membiarkan anak-anak kita menggandrungi aktor-aktris Korea hingga Hollywood secara berlebihan. Mebiarkan mereka tumbuh dengan dunianya karena meyakini: memang ini masanya mereka.

Beginilah kondisi rumah kita. Tak berani bertahan dalan iman yg menyeluruh saat gempuran budaya bebas datang sliih berganti. Tak ada daya juang untuk terus berbenah & belajar saat banyak kaum liberal meneriakkan bahwa LG*T juga tentang hak asasi manusia. Tak ada keinginan kuat untuk berbenah saat begitu banyak tontonan tak mendidik menggerubuti layar-layar kaca di rumah kita.

Lantas jangan heran, jika diam-diam negeri ini menjadi generasi pecinta porno dan gaya hidup bebas. Di permukaan mungkin tak terlihat, namun coba tengoklah data yg tersebar tentang remaja dan keluarga. Betapa sudah maraknya kebobrokan yg menggeregoti masyarakat kita.
.
Negara yg melegalkan porno seperti Amerika, sudah biasa anak berumur 9 tahun diajarkan tentang cara memakai kondom lewat pendidikan sex di sekolah. Saat 12 tahun mereka berhak memilih orientasi seksual mereka. Mau jadi homosex, bisex, atau heterosex, terserah mereka. Ketika 15 tahun, keperawanan dan keperjakaan adalah barang yang langka.

Namun tak usah jauh-jauh ke Amerika sana, coba tengok survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 5 tahun lalu. Dari sampel 4,500 anak usia SMP-SMA, 97% sudah pernah menonton film porno.

Mau tahu angka yang lebih fantastis? Kehamilan remaja di Indonesia mencapai 48 dari 1,000 remaja. Lebih dari 1.7 juta remaja melahirkan setiap tahun di negeri bernama Indonesia. Ini data terakhir dari United Nation tahun 2017. Masih mau diam dan merasa kita baik-baik saja?

Kalau begitu, bukankah mendidik para remaja untuk sex secara aman lebih baik dibanding melarang mereka? Bukankah mereka juga bisa bebas HIV dan penyakit menular seks lainnya?

Jangan mau wahai para orang tua menerima argumen ini dengan mingkem dan manut. Kenapa kita harus mengiyakan propaganda ini jika kita semua bisa berusaha untuk menjaga lingkungan tumbuh kembang anak-anak kita?

Kenapa kita tidak berjuang mengikuti argumen dalan Alquran yang sudah jelas melarang mendekati zina apalagi berzina. Kenapa kita tidak bertahan dengan seruan dalam kitab suci kita tentang menjaga keluarga dari neraka. Apa hak mereka mengambil alih cara berpikir Islam yang sudah lama kita bina?

Dituduh munafik dan fasis karena memaksa nilai moral yg kita anut untuk dimiliki orang lain? Kenapa takut? Yang kita perjuakan adalah risalah yang sudah dibawa Rasul mulia sejak 1,000an tahun yang lalu. Maka jangan kendorkan semangat, jangan lengahkan ikhtiar, kita sedang bertarung menjaga generasi-generasi kita.

Untuk itu wahai para orang tua dimanapun. Tak ada jalan lain memberantas pengaruh ini selain membangun ketahanan keluarga yg kuat. Dan kuncinya ada pada kita para orang tua. Kitalah penjaga generasi-generasi muda agar mereka terbang mengangkasa dgn cita-cita mulia.

Sebuah refleksi sederhana setelah membaca buku PORN GENERATION karya BEN SHAPIRO

Leave a comment